AKU? JADI TEAM SUKSES? HAHAHAHA!

AKU? JADI TEAM SUKSES? HAHAHAHA! 


                 Saya akui, kaget juga mendapat chat dadakan setelah WhatsApp saya kembali normal, chat yang meminta saya menjadi team sukses suatu paslon dalam pemilihan. Saya tak berminat dalam hal ini, saya tidak tau orangnya langsung dan itu cukup membuat saya berpikir bahwa golput adalah pilihan yang bagus. Saya hanya tau paslon satunya, karena dia salah satu anggota “keluarga” yang cukup besar dan berpengaruh di kampus saya. Ternyata setelah saya telusuri kedua paslon sama-sama dari “keluarga” yang berpengaruh di kampus, maaf sebelumnya saya tak mencari info yang lebih dalam mengenai kedua paslon.
                Setelah beberapa kali chat dengan dia, dia mengajak saya untuk hadir dalam suatu forum dengan beberapa orang yang “katanya” sepemikiran, oke saya setujui ajakan tersebut, saya mulai penasaran dengan forum yang akan diadakan nanti, apakah ada unsur, hasutan? nyinyir? Bahasan “keluarga” atau hal yang sudah terduga maupun tak terduga.
              Dua “keluarga”, dua paslon, dua kandidat, dan saya harus memilih salah satu diantara mereka, apakah saya akan menjadi tim sukses dari “keluarga” ini, “keluarga” satunya atau malah saya tetap menjadi golongan netral tanpa “keluarga” dan tak memilih? Dalam hal ini, kerumitan mulai muncul, mungkin gara-gara story WA tak sengaja saya, menjadikannya bumerang bagi saya, antara penyesalan dan membuat saya makin tertantang untuk lebih tau tentang “keluarga” mereka, lebih tau tentang sisi kelam suatu pemilihan, dan berbagai macam kampanye yang dilakukan oleh calon-calon pemimpin ini.
                Sesuai dugaan saya, saya secara tidak langsung dijadikan calon kader antara dua kubu dikarenakan posisi saya sebagai komting, mungkin mereka mengira saya sangat berpengaruh dikelas dan mereka bisa dengan mudah mendapatkan suara dari anggota kelas saya. Akan tetapi setelah saya bertanya dengan anggota kelas saya memang di pecah menjadi 3 kubu. pemilih Paslon nomer satu sangat dominan dikelas, wajar sih, soalnya mereka kebanyakan satu “keluarga”. Sedangkan anak yang tetap menjadi netral pun tak sedikit, mereka mengira, seandainya memilih ini atau itu, takut terjadi suatu perpecahan. Dan saya disini sebagai komting juga harus bersikap tegas, meskipun terdapat banyak ajakan, hasutan, dan lain sebagainya dari tim sukses kedua paslon. Saya bingung, saat saya mengatakan tetap netral, saya dikatakan munafik, munafik dalam hal apa? Toh saya tidak tau mereka berdua cocok sebagai pemimpin atau tidak, dan hak pilih tetap ditangan saya. Satu hal lagi yang membuat saya bingung, kenapa banyak yang mengira sebagai seorang anggota “keluarga”? Kuning mengira saya hijau, sedangkan hijau mengira saya kuning. Sekali lagi maaf, saya tim netral tanpa memandang kubu, dan hak pilih tetap dipegang setiap orang tanpa harus mendengar hasutan atau lain sebagainya.


SELAMAT MEMILIH PEMIMPIN :)   

“Keluarga” mendominasi pemilihan?

Keluarga mendominasi pemilihan?


          Ya sebagian dari kalian pasti sudah punya hak suara untuk memilih, termasuk saya juga hehehe, disini saya hanya akan bahas dikit masalah “keluarga” yang mendominasi pemilihan agar si calon “menang” hiya..hiya..hiya.. Cukup menarik dalam hal ini, saya akui, memang saya sudah sering melihat hal seperti ini sejak smp. “Keluarga” sangatlah aktif dalam mendominasi pemilihan, apa itu termasuk dalam hal ketidak adilan? Konspirasi? atau apa?
           Malam ini saya sedikit belajar dari forum terbuka, yang tak sengaja saya datangi setelah melihat FEB bersholawat. Forum yang dibuka oleh anak PBI ini mengangkat topik yang cukup saya pahami, tanpa menyebutkan inisial atau apapun saya mulai nyambung pada pembahasan topik mereka. Saya akui, pertama saya merasa tidak cocok dalam forum terbuka dengan mereka, yang hanya saya sendiri prodi berbeda dari mereka. Tapi saat pembahasan mulai terfokus dan mulai membahas topik inti, saya merasa tertarik dengan forum ini, mereka membahas tentang “keluarga” yang mendominasi pemilihan, dalam suatu himpunan. Maksud dari “keluarga” disini pun saya sangat-sangat paham, padahal mereka tak memberi inisial atau apapun, mungkin kalian sebagai pembaca telah paham maksud “keluarga” disini.
            Apa perlu saya permudah maksud “keluarga” disini? Saya kira itu tidak perlu, saya takut, tulisan saya menjadi bumerang yang berbalik melawan saya. Cukup kita sebut mereka “keluarga”. Saya akui memang benar, di kampus saya ini “keluarga” sangatlah mendominasi, tak hanya dalam himpunan, bahkan dalam lingkup yang sedikit lebih luas, seperti yang saya bahas di postingan sebelumnya (Link : di sini), para pemilih tidak benar-benar tau siapa yang mereka pilih, mereka hanya tau “oh ini kakakku” “oh ini adikku” “loh ini satu ‘keluarga’ denganku”. Hal ini sudah tidak asing bagi saya, karena memang “keluarga” sangat-sangat mendominasi, yang saya takutkan hanyalah, ketika “keluarga” mereka berbeda, akan terjadi perpecahan atau rival di antara hal ini.
            Saya sempat beragumen dalam forum ini, “mungkin pikirnya, “ini keluargaku, aku tau **** mempunyai potensi dan dapat mempertanggung jawab setiap apa yang dia lakukan, dia cocok jadi pemimpin” tapi saya juga tidak tau, karena pikiran manusia terkadang susah ditebak”. Dan respon yang saya dapat cukup mengejutkan, ekspresi mereka seperti tak suka saya menjadi penyusup, tapi mereka tetap memberikan feed back yang bisa saya pahami, dan saya terima. Tak ada yang salah bila “keluarga” mendominasi, hanya saja, semua harus dipikir secara realistis, bila asal pilih atas nama “keluarga” tanpa tau potensi, dan lain-lain, sama saja melakukan hal bodoh yang merugikan.
             Pada forum ini juga menyinggung tentang, bila kandidat dari “keluarga” terpilih, maka pemilih memiliki alasan untuk diangkat menjadi sesuatu yang “penting” dalam lingkup tersebut, mungkin bisa di ibaratkan sebagai berikut, Presiden adalah salah satu dari aggota “keluarga” dan presiden punya hak dalam memilih menterinya, yang dipilih pasti anggota “keluarga”nya.
         Sebagai orang netral yang tidak ikut apa-apa, ada benarnya juga pembahasan dalam forum ini, meskipun sedikit menyinggung beberapa “keluarga” yang dominan di kampus saya, tapi memang benar itu apa adanya. 


nb : merah,kuning,hijau->"keluarga"

Pemilu Presma Penting Gak Sih?

Pemilu Presma Penting Gak Sih?




            Karena saya mahasiswa baru, yang ya.. baru pertama kali ini melihat kampanye calon presma di kampus secara langsung. Saya cukup kaget, ternyata cara kampanyenya seperti ini. Share brosur di tiap grup, tiap story whatsapp, story ig, di facebook, bahkan memasang spanduk besar di pinggir jalan utama kampus. Sangat menarik, karena saya sebagai mahasiswa hanya sekedar tau gambar calon Presma, sama halnya beberapa mahasiswa yang sempat saya tanyai tentang siapa calon Presma sekarang, kebanyakan mereka hanya sekedar tau nama, tanpa tau orangnya, jadi yang harus disalahkan siapa? Apa mahasiswa? Atau calon Presma yang kurang me”rakyat”? ya kita tidak bisa menyalahkan pihak manapun.

“Aku loh tidak tau calon Presma sekarang”
“Kamu pernah lihat jokowi? Nggak kan? Ya jangan salahin calon Presma. Kalau kalian tidak tahu orangnya”
“Presma itu yang bagian apa sih?”
“Kan sudah ada debat antar calon Presma”
“Bahkan visi dan misi aku gak tau”
“Presma itu kayak Ketum HMP kan?”
“Peduli amat sama gituan”
“Aku loh baru tau kalau kayak politik”

             Itu beberapa pendapat mereka, setelah saya tanya tentang “Pemilu Presma di UTM” dan ya menurut hasil yang sudah saya dapatkan, kebanyakan mahasiswa tidak peduli dengan Pemilu Presma. Jadi penting gak sih pemilu ini? Seharusnya saya bertanya pada senior tentang pemilihan Presma dan cara apa yang digunakan dalam memilih. Wajar kah kalau banyak mahasiswa yang tidak tau calon Presma? Atau malah berbeda dari tahun tahun kemarin karena sekarang semua sudah canggih, bisa menyebar brosur tanpa harus di sebar langsung.
       Dan apakah UTM menggunakan dasar “Demokrasi Terbuka” atau bahkan “Demokrasi Terpilih”?. Sejauh ini, yang saya ketahui, di HMP saya menggunakan “Demokrasi Terpilih” yaitu perwakilan 5 orang perkelas, bukannya itu cukup tidak adil bila dalam pemilihan ketua umum HMP, hanya dipilih bedasarkan dari 5 orang yang terpilih untuk memvoting calon ketum HMP yang baru.
Kata-katanya, di UTM menggunakan Demokrasi Terbuka dalam memilih, jadi seluruh mahasiswa akan memilih siapa yang menjadi presma selanjutnya, tak baik juga saya mengatakan ini hanya bermodalkan “katanya”. karena pemilihannya di adakan besok, saya mungkin akan menyunting tulisan ini dan memperbaikinya agar tak bermodalkan “katanya” lagi, maaf sekali kalau ada kata yang kurang pas, atau tidak sesuai. Karena ini hanyalah pertanyaan dan opini yang ada di pikiran saya. Sekali lagi maafkan saya.


AYO MEMILIH! JANGAN GOLPUT YA!

Kisah Penggembala Mencari Harta Karun Bermodalkan Mimpi

Kisah Penggembala Mencari Harta Karun Bermodalkan Mimpi






Judul : Sang Alkemis (The Alchemist)
Penulis : Paulo Coelho
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 216
Tahun : 2005

          Sebenarnya saya sudah pernah mendengar tentang novel ini dari senior, tetapi saya tidak tertarik untuk mencari lebih tau tentang novel ini, karena saya mengira novel ini sama hal nya dengan dongeng sebelum tidur. Dan ya sekarang saya disuruh membaca novel ini. Siapa sangka novel ini saya selesaikan dengan adegan penuh drama lebay di pelantaran masjid dan teriakan heboh.
Novel ini menceritakan tentang Satiago, seorang penggembala yang cukup sukses dengan puluhan ekor dombanya, seringkali bermimpi tentang harta karun yang terdapat di piramida padang pasir, dan letaknya itu sangat jauh. Sejak kecil Santiago memang termasuk orang yang ingin tau tentang dunia, dan dia penasaran dengan harta karun yang sering dia mimpikan, dia pun tau jarak tempatnya tinggal dan tempat harta karun itu sangat jauh, piramida Mesir di Afrika sedangkan dia di Andalusia, Spanyol.
        Setelah pertimbangan yang panjang, Santiago memilih mengikuti mimpinya dan mencari dimana harta karun itu berada, dia lalu menemui perempuan Gipsi untuk menafsirkan mimpinya, perempuan Gipsi itu berkata “Mimpi-mimpi adalah bahasa Tuhan. Kalau Tuhan berbicara dengan bahasa kita, aku dapat menafsirkan apa yang di katakanNya. Tapi bila Tuhan bicara dalam bahasa jiwa, cuma kamu yang paham” (hal 19)
           Santiago pun bertemu dengan seorang lelaki yang mengaku dirinya raja, dan memberinya batu “Urim dan Tumim” serta memberinya petunjuk  “Supaya menemukan harta karun itu, kau harus mengikuti pertanda pertanda yang diberikan. Tuhan telah menyiapkam jalan yang mesti dilalui masing masing orang. Kau tinggal membaca pertanda pertanda yang ditinggalkan-Nya untukmu.” (hal 40). Lelaki itu juga menceritakan sebuah kisah yang maksud dari kisah itu adalah “Rahasia kebahagiaan adalah dengan menikmati segala hal menakjubkan di dunia ini, tanpa pernah melupakan tetes- tetes air  di sendokmu” kamu akan paham, bila kamu membaca novel ini.
       Perjalanan tersebut membawanya bertemu sang alkemis yang menuntunnya menuju harta karunnya, serta mengajarinya tentang Jiwa, cinta, kesabaran, dan kegigihan. Perjalanan itu pulalah yang membawanya menemukan cinta sejatinya: Fatima, gadis gurun yang setia menanti kepulangannya.
          Keren dan keren pokoknya, novel ini memang seperti dugaan saya, sebuah dongeng sebelum tidur, tetapi lebih komplek dan sangat inspiratif, dari novel ini kita tau bagaimana belajar memahami dan berteman dengan suara hati, pencarian jati diri, kegigihan mencapai suatu keinginan, cara mempelajari kehidupan dan kalimat yang sangat saya suka adalah “kita takut kehilangan apa yang kita miliki, tapi rasa takut ini akan menguap begitu kita memahami bahwa kisah hidup ditulis oleh tangan yang sama”
          Di balik kerennya novel ini, ya bisa dibilang ini bukan novel yang pas untuk anak-anak, karena terdapat kalimat-kalimat yang hanya dipahami oleh beberapa orang, ada juga bagian novel yang membuat pembaca memeras otak untuk mengimajinasikan bagaimana si tokoh utama melakukan suatu keajaiban atas kuasa Tuhan, dan karena endingnya yang menggantung, sangat sangat menyebalkan bagi pembaca. 

Merah, bening, sama-sama menetes

     Mungkin sebagian orang akan menganggapku gila, kasihan kepadaku atau mungkin jijik denganku, itu wajar, aku oun jijik dengan diriku sendiri.
    "Sok depresi, caper, cupu, gak guna, tukang iri, goblok,gila" ya itulah aku, bukankah itu hal yang sangat menjijikkan? Ditambah dengan canduku yang terlihat sangat sederhana tetapi gila.
      Aku suka tetesan, cairan bewarna merah, kental dan berbau khas, butuh pengorbanan untuk mendapatkan kepuasan atas canduku itu, mungkin aku bisa melakukannya sepanjang hari bila masih terdapat tempat untukku melakukannya.
      Aku juga suka tetesan cairan bening yang sering mengalir di sertai suara tawa tanda kepuasan atas canduku, bahagianya aku bisa melakukan kedua hal itu bersama.
     Akan tetapi kedua canduku mempunyai konsekuensi yang tinggi, bukankah suatu kenikmatan tidak bisa didapat secara langsung? Ku harus mebahan rasa sakit, rasa tertekan, rasa marah, rasa sedih yang membuatku bisa lepas kendali dan melakukan hal yang berlebihan, aku tau tuhan tidak suka sesuatu yang berlebihan.
      Ya mungkin cuma itu yang busa aku ceritakan atas canduku, memabukkan bagaikan cocktail dan menenangkan layaknya obat penenang. Satu hal yang harus aku ingat, "jangan mati karna candumu"

Gadis Dalam Pelukan

    Apa kalian masih ingat dengan gadis yang pernah bertemu denganku? Kini aku melihatnya lagi, sedang menangis di tengah-tengah taman, tangannya berdarah dan bajunya penuh dengan noda darah, gadis itu berteriak, menjerit, "Aku tidak gila" terus menerus, semua orang memperhatikannya, dengan tatapan beragam, mulai dari iba, jijik, hingga marah. Aku masih melihatnya dari kejauhan, seakan waktu berjalan amat sangat lambat untukku bisa mencapai gadis itu.
    Seseorang berlari mendekat ke arah gadis itu, apa yang akan dia lakukan? Pikirku, "Dasar gadis tidak berguna, tukang cari muka, sok menderita, sok depresi, mati sana sekalian" teriak orang itu, tepat di depan wajah gadis tersebut, aku terperangah, jantungku berdetak cepat karena emosi, tapi aku tak bisa menjangkau gadis itu, orang itu pun pergi dengan wajah marah dan jijik pada gadis itu. Gadis itu semakin berteriak dengan kencang, seolah suaranya tak ada yang mendengar "Aku tidak gila, maaf! Maaf! Aku tidak gila! Maafkan aku!" Tangannya semakin banyak mengeluarkan darah, ku mohon tuhan hentikan siksaan ini.
     seseorang datang lagi ke gadis itu, apa yang akan dia lakukan? Apa sama seperti orang pertama? Detak jantungku semakin tidak karuan, aku takut, benar-benar takut, orang itu berada tepat di depan gadis itu, aku tak sanggup melihatanya, aku takut dia akan melukai gadis itu. "kamu tidak apa-apa?" Orang itu hanya bertanya kepada si gadis, dan gadis itu masih meneruskan tangisnya, masih meneruskan teriakannya, orang itu pun pergi. Shit! Persetan dengan semua orang, aku ingin cepat-cepat sampai pada gadis itu, aku berlari, terus berlari hingga aku sampai ke hadapan gadis itu, memeluknya dan merangkulnya. "Aku tau kamu tidak gila, aku tau itu, sudah jangan menangis, kakak ada disini" dia membalas pelukanku, membuat bajuku bernoda darah, aku tak peduli, untuk saat ini yang aku pedulikan adalah gadis itu tenang dan segera mengobati luka di tangan.
   Semua sudah selesai, gadis itu kembali menunjukkan tawanya, seakan semua tak pernah terjadi, aku tersenyum melihatnya, dan terkadang hendak menangis saat melihatnya mengernyit merasakan perih pada tangannya, untuk saat ini aku tak mau bertanya, biarkan waktu yang akan membuat gadis itu bercerita

Benci

Aku mulai benci bercerita, mulai benci menceritakan sesuatu, seolah ceritaku hanya bualan seorang bocah, seakan aku bercerita hanya mencari simpati, perhatian dan ajang untuk panjat sosial.
Aku mulai membenci diriku, yang tak pernah berhenti untuk bercerita, seakan tak bisa hidup bila tak menceritakan sesuatu kepada seseorang.
Aku mulai sadar, mereka bukanlah pendengar yang baik, di balik kebaikannya muncul rasa muak, rasa jijik, rasa emosi saat aku bercerita, maafkan aku bercerita berulang ulang dengan cerita yang sama, maaf membuatmu muak mendengarnya.
Dan tak ada salahnya aku membenci diriku sendiri..
       Zona nyaman, 26 November 2018

DARAH MENETES TANDA DEPRESI ATAU PANSOS?


     Beberapa orang melakukan hal yang bermacam-macam untuk melampiaskan sesuatu, termasuk self harm, yang saya ketahui dari self harm adalah kegiatan ‘disegaja’ menyakiti atau melukai diri sendiri dan tak sampai menghilangkan nyawa, contohnya menyayat anggota tubuh untuk mendapatkan rasa kepuasan tersendiri, meskipun self harm tidak harus dengan cara menyayat fisik sih, sering kali selfharm juga di lakukan dengan cara lain, mungkin dengan memukul sesuatu misalnya tembok hingga tangan retak, berdarah, atau mungkin lebih parah dari itu. 
     Saya seringkali tak paham dengan pelaku self harm, mungkin karena saya tak pernah melakukannya secara langsung, jadi saya tidak tahu maksud dari pelaku self harm melakukan hal yang menurut saya itu sesuatu yang tidak berguna, siapa yang mau menyakiti diri sendiri? Atau mungkin dia seorang masokis? (ah aku rasa tidak, karena kata masokis harusnya hanya digunakan dalam seksualitas) Hmmm saya tidak tahu alasan mereka melakukan itu, mungkin saya akan bertanya pada teman-teman saya yang sering melakukan self harming, atau ya bisa disebut self injury sih.
     Yang saya ketahui ada beberapa alasan seseorang melakukan hal nekat tersebut. Pertama, karna depresi dan tertekan akan sesuatu, self harm adalah cara mereka mengalihkan perhatian dari tekanan stres tersebut, satu hal yang ingin saya sampaikan, mengapa tidak melakukan hal lain, dan disinilah saya tidak tahu harus memberi saran apa, karena saya tak pernah melakukannya, mungkin saya hanya sekedar menyarankan melakukan sesuatu yang disukainya, meskipun sering kali saran itu tak mempan untuknya, karena setiap orang punya cara tersendiri untuk melampiasakan kecemasan atau ketegangan tersebut. Kata sumber terpercaya saya, ya aslinya adalah teman saya, mengatakan bahwa melakukan self harm adalah cara dia mengeluarkan segala kecenderungan yang agresif dan kejam tanpa harus menyakiti orang lain, binatang peliharaannya, (kasihan kucing-kucing dan anjingnya bila dijadikannya pelampiasan, saya tak rela melihat doggo yang unyu itu tersakiti) atau merusak barang-barang disekitarnya (barang-barang disekitarnya itu cukup menguras dompet, yaitu figma, action figure, nendo, gunpla gundam dan gunpla mazinger z, untuk yang satu ini saya dari lubuk hati yang paling dalam benar-benar tak rela melihatnya kacau karna dijadikan pelampiasan).
     Kedua, menghindari mati rasa, katanya, (ah saya terlalu banyak ‘katanya’, apa saya harus mencobanya langsung? Hahaha) orang yang memiliki trauma psikologis berat bisa menjadi mati rasa. Karena kejadian yang dialami begitu menyakitkan atau memalukan, seseorang bisa saja mengalami disolasi. Disolasi adalah suatu keadaan dimana seseorang menghapus ingatan terhadap suatu kejadian atau menghapus perasaan yang muncul ketika mengalami suatu peristiwa traumatis. Biasanya hal ini terjadi diluar kesadaran. Seseorang merasa hampa, kosong, dan tidak berguna ataupun tidak berharga, dengan rasa sakit tersebut mengingatkan bahwa dirinya masih hidup dan masih merasakan sesuatu layaknya manusia lain.
     Ketiga, menghukum diri sendiri, ya biasanya ini adalah korban kekerasan, baik emosional, fisik, maupun seksual, sering disalahkan dan di rendahkan, membuat seseorang membangun sugesti bahwa dia pantas di salahkan, merasa jijik pada diri sendiri dan benci pada diri sendiri. Dalam benaknya setiap melakukan kesalahan harus mendapatkan hukuman yaitu dengan cara menyakiti diri sendiri, misalnya membenturkan kepala atau bahkan menyayat diri.
     Keempat, mencari kepuasan, (wait… macam candu saja) mereka melakukan hal yang tergolong gila ini hanya untuk mencari kepuasan semata, beberapa orang merasa senang melihat darahnya sendiri atau merasakan sensasi fisik yang sangat kuat. Pandangan ini bisa mengarah pada kecanduan.
     Kelima, menyampaikan perasaan, seringkali seseorang melakukan self harm tidak benar-benar ingin menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Namun mereka bermasalah dalam berkomunikasi, mereka tidak paham mengomunikasikan perasaan negatifnya, bisa juga karena dengan memberitahu orang lain membuatnya tampak lemah (biasa.. bacotan netizen, hmmm), terkadang, perasaan negatif yang terlalu kuat untuk dibendung, membuat seseorang memilih menyakiti dirinya untuk berkomunikasi (susahnya kamu berkomunikasi kawan, hingga kamu melakukan hal yang tergolong gila ini) 
     Keenam, PANSOS atau CAPER, hal ini benar-benar membuat saya tak habis pikir, bagaimana ada manusia yang ingin terkenal dengan cara menyakiti diri sendiri, memfotonya dan mempostingnya ke akun sosial medianya, (are you crazy?) seringkali mereka upload foto darah yang banyak, seolah-olah sedang kenapa-kenapa, saya tau ini sinyal atau petunjuk kepada seseorang, akan tetapi tidak elit bila melakukan hal gila itu dan menyebarkannya di sosial media, (kamu maunya apa? Terkenal karena depresinya?). saya juga sering kali melihat seseorang menyayat tangannya dan membentuknya menjadi sebuah nama, edan! Tak pernah saya sangka, korban bucin akan melakukan hal itu dan menunjukkannya kepada orang terkasihnya alias pacarnya.
     Sekali lagi saya katakan, karena saya tak pernah melakukan self harm, saya masih sering menganggap kegiatan itu adalah aksi untuk mencari perhatian, tidak tahu rasa syukur dan ajang seseorang untuk pansos dan terkenal, bila seseorang menunjukkan bekas lukanya kepada orang lain, meskipun saya juga sedikit tahu alasan mengapa seseorang melakukan hal tersebut dari pengalaman teman saya sendiri, karena pelaku self harm sering kali menyembunyikan bekas lukanya, sulit membedakan manakah pelaku self harm, mana kah yang tidak menjadi pelaku self harm. 

     Saranku saya kedepannya adalah jangan langsung mencemooh atau menjahui pelaku self harm, kenali alasan mengapa mereka melakukan hal itu, karena seseorang yang melakukan hal itu bukan ingin mencari masalah, melainkan itu adalah cara mereka mengatasi permasalahan yang dialaminya. Kuat lemahnya seseorang itu tak bisa dipukul sama rata.


Yang Fana

Fana bewarna jingga bercampur dengan pekatnya awan kelabu
Disini aku duduk bersama mereka yang terkasih di teras rumah
Menunggu saat saat datangnya adzan magrib
Hamparan langit jingga itu masih setia menemani
Berteman dengan hujan yang turun membasahi tanah
Pekatnya awan kelabu mulai menguasai
Jingga itu mulai memudar
Kegelapan pun mulai datang
Cahaya dari lampu minyak tak cukup untuk menerangi
Adzan pun tak kunjung terdengar

Sunyi, tenang dan gelap
Adikku mulai berteriak gaduh di kegelapan
Kedua belahan jiwa itu mulai bangkit dari tempat duduk menuju kedalam rumah
Kakakku masih berkutat pada alat komunikasi yang digenggamnya
Merasa sendiri di dalam kegelapan

Adzan pun sayup sayup terdengar dari mushollah sebelah
Aku mendongak ke atas
Fana jingga itu benar benar sudah hilang di telan pekatnya awan kelabu
Hujan telah reda akan tetapi awan kelabu itu masih setia menemani kegelapan

Aku masuk kedalam rumah
Bersama kegelapan dan sedikit cahaya dari lampu minyak
Sudah saatnya aku kembali padanya
Bersama mereka yang terkasih di tempat suci.

ANDAI KAMU SEORANG LGBT..


 
     LGBT(Lesbi,Gay,Biseksual,Transgender) mungkin sudah menjadi hal yang tidak asing di telinga bukan? Lesbi adalah orientasi seks dimana perempuan menyukai sesama jenis perempuan, Gay adalah sebutan untuk seorang laki-laki yang menyukai sesama laki-laki, sedangkan Biseksual adalah sebutan untuk orang yang bisa tertarik kepada laki-laki atau perempuan. Transgender sendiri adalah istilah yang di pergunakan untuk orang yang cara berperilaku atau berpenampilan berbeda atau tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
       Maka dari itu bagaimana bila kita menguak, apa itu LGBT secara lebih terbuka dalam sudut pandang LGBT dan PRO LGBT?. Setiap orang punya pendapat sendiri tentang LGBT, jadi kita akan liat dari sisi kaum LGBT terlebih dahulu, bukan maksud saya untuk pro pada LGBT, saya hanyalah kaum netral yang tinggal dan hidup di antara mereka, mungkin beberapa kalian akan berpikir bila saya menulis ini, saya termasuk dalam golongan mereka, itu hak anda dalam menilai saya, tapi akan saya beri tahu, saya hanyalah kaum netral tanpa pro dan kontra terhadap kaum ini.
       Saya akui, dulu saya pernah menjadi kaum pro dan kaum kontra dalam menangani kaum LGBT, tapi saya sadar, menjadi kaum pro ataupun kaum kontra dalam kasus ini tak membuahkan hasil yang berkenan di hati, maka dari itu saya memilih menjadi kaum netral di antara mereka. Saat saya menjadi kaum pro dalam hal ini, saya sadar tak selamanya LGBT itu ingin menjadi seperti itu, di bilang penyakit pun tidak elit dalam hal ini, meskipun LGBT dapat menyebar layaknya sebuah penyakit, para kaum LGBT sering kali bingung pada dirinya sendiri, bagaimana dia bisa bernafsu hanya dengan melihat sesuatu dari sesama jenisnya, menurut beberapa penelitian LGBT digolongkan dalam “masalah kejiwaan” bukan gangguan kejiwaan. Dalam hal ini sering kali orang-orang menganggap LGBT adalah orang gila yang suka terhadap sesama jenisnya, bila kamu di posisi mereka, itu akan sangat menyakitkan, siapa yang mau di anggap gila? dan disini peran kaum pro ada, yaitu membuat kaum LGBT dipandang dalam sudut yang sedikit positif, mengapa saya bilang “sedikit” karena memang sisi positif dalam LGBT tidaklah banyak. Salah satu peran kaum pro LGBT adalah menampung semua masalah pada kaum LGBT dan menanganinya, dan juga menerapi bagaimana agar mereka menjadi normal kembali, meskipun membuat kaum LGBT menjadi normal itu susah. Kaum pro LGBT lebih memikirkan hak kemanusiaan, LGBT juga manusia dan mempunyai hak tersendiri dalam seksual. Beberapa kaum LGBT ingin menjadi normal tetapi itu hal yang sulit dilakukan, meskipun sudah beberapa kali terapi, menghilangkan rasa nafsu yang ada itu bukanlah hal yang mudah. LGBT juga seringkali tidak diterima oleh masyarakat yang kebanyakan adalah kaum kontra, mereka juga punya hati, beri mereka solusi, jangan hanya cemohan, makian, dan hal-hal yang menyakitkan di telinga dan di hati.
     Banyak alasan mengapa seseorang menjadi LGBT, termasuk faktor keluarga, dalam faktor ini biasanya LGBT dijadikan sebagai pelarian dari apa yang ada di keluarganya, misalnya seorang anak perempuan mendapatkan perlakuan kasar atau tindak kekerasan lainnya dari ayah, saudara laki-laki atau bahkan dari ibunya, mengakibatkan trauma yang nantinya anak perempuan tersebut bisa saja memiliki sifat atau sikap benci terhadap semua laki-laki, dan bisa saja mencari pelarian pengganti orang tua dari sesama jenisnya.
Faktor selanjutnya adalah faktor lingkungan dan pergaulan, faktor ini yang sering kali menjadikan seseorang menjadi kaum LGBT. Masuknya budaya-budaya yang berasal dari luar negeri juga dianggap menjadi penyebab seseorang untuk ikut menjadi bagian LGBT, budaya ini yang mengenalkan kepada mereka apa itu LGBT. Biasanya budaya ini yang mengenalkan apa itu hak kebebasan dalam seksual, maka dari itu populasi LGBT semakin hari semakin bertambah.

  Jadi menurut kalian LGBT itu seperti apa? Bukankah mereka juga manusia? Apa kamu akan memilih menjadi Kaum netral, kaum pro, kaum kontra atau jangan-jangan kalian bagian dari kaum LGBT itu sendiri? 

dewasa? what the fuck about that


Aku tak mau jadi dewasa, aku tak mau semakin tau tentang munafiknya manusia, aku tak mau!
Menjadi dewasa itu menyakitkan, aku tak mau! AAAAKU TAK MAU!
Menanggung beban lebih banyak, di terpa masalah lebih banyak, aku tak mau! Aku tak akan sanggup!
Menjadi orang lain, di tuntut ini itu, aku tak mau! Benar-benar tak mau!
Membunuh ego, membakar gengsi, menyembunyikan malu, aku tak mau!
Menjadi dewasa tak selamanya memberimu kebebasan, dewasa itu satu hal yang penuh akan sandiwara, lelah menjadi dewasa, tertekan menjadi dewasa, depresi menjadi dewasa,
Menjalani kerasnya hidup sebagai orang dewasa, aku tak mau, aku tak sanggup.

IJINKAN AKU UNTUK TAK PERNAH DEWASA

Lirik Lagu BAD LIAR | IMAGINE DRAGON

LIRIK LAGU IMAGINE DRAGON "BAD LIAR" Jadi sekarang itu aku lagi seneng banget sama lagu Bad Liar milik Imagine Dragon.. ...