Kisah Penggembala Mencari Harta Karun Bermodalkan Mimpi
Judul : Sang Alkemis (The Alchemist)
Penulis : Paulo Coelho
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 216
Tahun : 2005
Sebenarnya saya sudah pernah mendengar tentang novel ini dari senior, tetapi saya tidak tertarik untuk mencari lebih tau tentang novel ini, karena saya mengira novel ini sama hal nya dengan dongeng sebelum tidur. Dan ya sekarang saya disuruh membaca novel ini. Siapa sangka novel ini saya selesaikan dengan adegan penuh drama lebay di pelantaran masjid dan teriakan heboh.
Novel ini menceritakan tentang Satiago, seorang penggembala yang cukup sukses dengan puluhan ekor dombanya, seringkali bermimpi tentang harta karun yang terdapat di piramida padang pasir, dan letaknya itu sangat jauh. Sejak kecil Santiago memang termasuk orang yang ingin tau tentang dunia, dan dia penasaran dengan harta karun yang sering dia mimpikan, dia pun tau jarak tempatnya tinggal dan tempat harta karun itu sangat jauh, piramida Mesir di Afrika sedangkan dia di Andalusia, Spanyol.
Setelah pertimbangan yang panjang, Santiago memilih mengikuti mimpinya dan mencari dimana harta karun itu berada, dia lalu menemui perempuan Gipsi untuk menafsirkan mimpinya, perempuan Gipsi itu berkata “Mimpi-mimpi adalah bahasa Tuhan. Kalau Tuhan berbicara dengan bahasa kita, aku dapat menafsirkan apa yang di katakanNya. Tapi bila Tuhan bicara dalam bahasa jiwa, cuma kamu yang paham” (hal 19)
Santiago pun bertemu dengan seorang lelaki yang mengaku dirinya raja, dan memberinya batu “Urim dan Tumim” serta memberinya petunjuk “Supaya menemukan harta karun itu, kau harus mengikuti pertanda pertanda yang diberikan. Tuhan telah menyiapkam jalan yang mesti dilalui masing masing orang. Kau tinggal membaca pertanda pertanda yang ditinggalkan-Nya untukmu.” (hal 40). Lelaki itu juga menceritakan sebuah kisah yang maksud dari kisah itu adalah “Rahasia kebahagiaan adalah dengan menikmati segala hal menakjubkan di dunia ini, tanpa pernah melupakan tetes- tetes air di sendokmu” kamu akan paham, bila kamu membaca novel ini.
Perjalanan tersebut membawanya bertemu sang alkemis yang menuntunnya menuju harta karunnya, serta mengajarinya tentang Jiwa, cinta, kesabaran, dan kegigihan. Perjalanan itu pulalah yang membawanya menemukan cinta sejatinya: Fatima, gadis gurun yang setia menanti kepulangannya.
Keren dan keren pokoknya, novel ini memang seperti dugaan saya, sebuah dongeng sebelum tidur, tetapi lebih komplek dan sangat inspiratif, dari novel ini kita tau bagaimana belajar memahami dan berteman dengan suara hati, pencarian jati diri, kegigihan mencapai suatu keinginan, cara mempelajari kehidupan dan kalimat yang sangat saya suka adalah “kita takut kehilangan apa yang kita miliki, tapi rasa takut ini akan menguap begitu kita memahami bahwa kisah hidup ditulis oleh tangan yang sama”
Di balik kerennya novel ini, ya bisa dibilang ini bukan novel yang pas untuk anak-anak, karena terdapat kalimat-kalimat yang hanya dipahami oleh beberapa orang, ada juga bagian novel yang membuat pembaca memeras otak untuk mengimajinasikan bagaimana si tokoh utama melakukan suatu keajaiban atas kuasa Tuhan, dan karena endingnya yang menggantung, sangat sangat menyebalkan bagi pembaca.
No comments:
Post a Comment