Medali, 28 September
2018
Mungkin hampir 2 bulan aku
menyandang gelar “mahasiswa”, dan ini pertama kalinya aku pulang ke rumah, ya
benar-benar rumah, bukan kos, kontrakan atau sekret, tapi “Rumah” tempat
keluarga ‘resmi’ ku berkumpul, harusnya aku bahagia karna pulang, sama seperti
yang lain, menggebu-gebu saat pulang dan malas untuk kembali, tapi aku berpikir
ada kalanya pulang itu menyenangkan, ada kalanya juga, pulang malah membuatmu
tersiksa, saat kamu kembali, kamu akan merasakan rindu yang lebih parah.
Aku lebay, ya memang! Aku menyamakan
hidupku dengan si minke dalam urusan pulang, meskipun aku tak sepandai dan
sejenius minke, tapi aku merasa ada kesamaan antara aku dan minke, sebuah
alasan tersendiri aku memakai nama “Intan” bukan “Zia” layaknya Minke, yang
menggunakan nama “ Minke” dari pada namanya yang diberikan oleh orang tuanya,
satu hal lagi yang membuatku merasa mirip seorang Minke, yaitu hinaan keluarga
terhadapku “buaya!” padahal aku tak bermain wanita atau pria disana, ya aku benar-benar
menuntut ilmu.
Hari jumat ya? Dan aku harus
menunggu keberangkatan kapalnya, kenapa begitu lama? Aku muak akan hal ini, bias
dibilang aku phobia menunggu, jika kamu jadi aku, kamu akan merasakan tersiksa
ketika menunggu, rasa pusing, was-was, dan mual, menghantuimu, apalagi aku
sedang menunggu diatas kapal! 2 kali lipat sengsara, aku mulai tertekan akan
hal ini, tapi aku masih berusaha untuk tidak hilang kendali, lama menanti tapi
kapal tak kunjung jalan, berapa lama aku harus menunggu? Berapa lama lagi aku
akan sampai tujuanku? Memendam rasa mual dan pusing itu sakit, ya meskipun di
kapal aku berjumpa dengan beberapa kenalanku, mereka lebih sibuk dan fokus ke kotak
tipis ditangan mereka, yup handphone mereka, sedangkan aku? Ku ingin
bermain-main dengan kotak tipis milikku, tapi itu malah membuatku semakin pusing,
jadi pilihan utamanya adalah berhenti bermain handphone dan perbanyak sholawat.
Kapal berlabuh, para penumpang pun
berhamburan turun dari kapal, sedangkan aku? Aku sendiri dan tubuhku kecil,
mudah sekali untuk menyelinap dan tiba-tiba berada di baris paling depan, aku
bersyukur bisa melakukan hal itu, karna kuingin cepat sampai tujuan, ku liat
sama-samar seseorang yang mirip dengan kenalanku, ya dia seperti seniorku,
tetapi ku tak berani menyapa karna takut salah orang, salah satu aibku yang sudah
jadi rahasia umum adalah pelupa, hahaha! Ternyata benar, orang itu adalah
seniorku dulu waktu smp, aku mengira akan dapat tumpangan, aku salah besar, dia
Cuma bertanya “sendirian?” aku pun membalas dengan anggukan kecil, dan dia pun
berlalu.
Aku menunggu lagi, setidaknya aku
menunggu di tempat yang lebih terbuka, lebih bebas untukku bergerak, tak kusangka
aku akan menjadi pusat perhatian para tukang ojek pengkolan, mereka menatapku
layaknya hewan buas yang lapar dan hendak menyergap mangsanya, apa yang salah
dari aku? Apa yang salah? Aku menunggu terlalu lama, sedangkan tatapan para
tukang ojek masih menyudutkanku, hingga ada salah satu dari mereka
menghampiriku, bertanya kepadaku, aku pengguna apl atau tidak, aku menjawab tanpa
ragu-ragu “tidak” aku jujur akan hal ini, sedangkan bapak itu tak percaya kepadaku
“aku di jemput kakakku, dan aku tak tau kakakku menjemputku dengan apa atau siapa”
imbuhku, bapak itu masih menatapku dengan pandangan menakutkan
“disini
tak boleh ada yang menggunakan aplikasi”
“aku
tak tau pak, aku hanya disuruh menunggu di perak”
“adeknya
mau kemana?”
![]() |
hahaha!! |
“tak
tau pak! Aku hanya disuruh menunggu jemputan disini” nada suaraku naik satu
oktaf, dan itu membuat si bapak pergi menjauhiku, meskipun masih menatapku
dengan pandangan yang menusuk.
Menunggu dan masih menunggu balasan
chat dari kakakku, dia bilang akan order ojek online, sedangkan aku masih
was-was di daerah sini, para tukang ojek pengkolan masih menatapku, dan itu
membuatku risih, akhirnya aku mendapatkan nomer driver yang akan menjemputku, aku menelponenya, mencari tempat aman untuk
bisa menjemputku, menjauh dari Kawasan itu, menjauh dari tatapan menusuk para
tukang ojek, aku berjalan lurus dan terus lurus, hpku berdering tanda ada chat
yang masuk, aku kira dari kakakku ternyata dari driver ojek yang akan
menjemputku. Saat ini aku dan mas driverya sama-sama ketakutan, sempat aku kira
akan di batalkan pesananku, karena menghadapi masalah yang lumayan rumit ini,
ternyata perkiranku salah, mas driver masih mau bertanggung jawab dan masih
mengambil orderan ini, dengan nekad driver ojolya menjemputku, melepas semua
atribut yang menunjukan kalau si masnya adalah driver ojek online, aku salut
akan hal ini, aku dijemput sesuai kesepakatan, siapa sangka, tukang ojek masih
mengejar dan mengicarku, menghampiriku yang dengan muka marah.
![]() |
hahaha!! |
“masnya driver ojek online ya!”
“tidak
pak, ini adik saya”
“ini
mas saya pak, beneran ini mas saya, saya bisa buktikan” aku pun menelpon
kakakku, sayang sinyal yang susah menghambat ini semua, aku meliahat bapaknya
yang mulai menggeledah sepeda dari sang driver
“loh
pak, dia itu masku, kata kakak, aku di jemput mas buak kakak”
“gak
mau tau, disini gak boleh ada yang pake aplikasi, sana naik angkot” bapak itu
pun menghentikan sebuah angkot
“pak!
Aku itu di jemput karena gak punya uang! Emang bapak mau bayarin aku?!” aku
mulai hilang kesabaran dan nada suaraku mulai meninggi, tapi bapak itu masih keras
kepala tak mau melepaskanku dan mas driver ojeknya,
“pak!
Dia ini adikku, dan mau ke uinsa, itu jauh pak! Emang bapaknya mau bayarin angkutannya?!
Saya bukan driver pak, ini saya pesan!, saya yang pesan!”
“benar
pak, dia ini mas saya, dan saya gak punya uang pak, saya nggak punya uang” aku
pun mengiba dan berpura-pura hendak menangis, bukankah air mata perempuan itu
meluluhkan?
Hahaha!
Aku akui info soal air mata perempuan dapat meluluhkan hati itu benar-benar
nyata, siapa sangka aku berakting seperti itu dapat melepaskanku dari bapak
tukang ojek.
Akhirnya aku bisa melanjutkan
perjalanku dengan tenang, meskipun sumpah serapah telah ku ucapkan, mungkin
lebih dari 3 bahasa, siapa yang tak emosi, hari sepanas itu harus berdebat
masalah hal kecil, membuat makin panas keadaan aja, harusnya aku bersyukur
juga, driver yang aku dapat sangat bertanggung jawab, masih muda dan enjoy, dari
pada aku menggerutu dengan sumpah serapa di sepanjang jalan, aku pun memulai membuka
topik dengan si driver, topik utamaku dengan si driver adalah photo profil yang
di pajang di whatsapp, di sepanjang jalan kami berdebat akan keindahan gunung
dan pantai, dia yang membela gunung lebih indah, dan aku yang membela senja di
pantai tak kalah indah, mas nya berbagi pengalaman ketika mendaki gunung,
membuatku ingat tentang niatan menjadi
pendaki gunung, tapi semua itu hanya wacana.
Aku melewati tempat itu lagi, ya “wonokromo”
dan itu mengingatkanku pada kejadian saat aku bersama mereka, bukankah aku
kemarin malam sudah terbuka pada mereka? Harusnya aku tak perlu mengingat hal
itu, sampai juga aku di uinsa, menunggu kakaku menyelesaikan mata kuliahnya,
setidaknya aku tak perlu menunggu terlalu lama,
Tak langsung pulang, terlalu panas
untuk pulang disiang hari dengan perjalanan yang lumayan jauh, lebih baik
pulang sore hari meskipun sampai rumah resiko magrib atau bahkan malam bila
macet, serasa lama tak jumpa kakakku ingin ku menceritakan segalanya, tapi aku
lebih memilih beristirahat dan akan menceritakan semuanya di perjalanan pulang
saja.
Pertama kalinya pulang membawa oleh-oleh, hahaha!
Selama ini aku tak pernah membawakan orang rumah oleh-oleh, ya tak mewah sih, Cuma
kue lapis Surabaya, tapi kan berkesan lah, soalnya yang beli aku sama kakakku. Tak
sesuai perkiraan, kami kira sampai rumah jam 5 ternyata lebih dari itu, di
perjalanan aku menceritakan semuanya ke kakakku, ya tak semuanya sih, aku
menceritakan tentang ukm yang aku ikutin saat ini, aku mendapat komentar tak
terduga dari kakakku, bahkan dari teman kakakku, aku akui sekarang aku bimbang,
tetapi bukankah “bila terlanjur basah, kenapa tak mandi sekalian?” semua
pilihan ada di tanganku sekarang, dan aku bingung akan hal itu.
Senja sore di perjalanan sangatlah indah,
menyesal aku tak bisa mengabadikannya. Jingga, dan abu-abu langit membuat kesan
damai di sepanjang jalan, aku mungkin akan merindukan tempat dan suasana ini,
akankah saat aku kembali ke madura, rindu tempat tinggalku akan menyiksaku? Tunggu
saja saat aku kembali, ketempatku menimba ilmu.
Hal lucu yang aku alami saat telah sampai
dirumah adalah, kakekku tak mengenali aku, hahaha! Berapa lama sih aku tak
bertemu kakekku hingga beliau lupa dengan cucunya ini, setidaknya nenekku masih
ingat aku, aku suka sekali saat nenek membelai rambutku, jarang sekali loh ada
yang belai rambutku, serius!
Sudah cukup sampai disini untuk perjalanan
pulangku, tak perlu aku menceritakan tentang seblak buatan sendiri yang rasanya
begitu unik atau bahkan menceritakan debatku dengan orang tua masalah sepeda
dan laptop, biarlah itu jadi kenanganku sendiri, karena kalau diketik itu capek..
hahahaha
ARIGATOU 😊
No comments:
Post a Comment